Posts Tagged ‘kegunaan briket’

KEGUNAAN BRIKET BATUBARA

Andi Ardan Yusuf

093 270 027

Jurusan Teknik Pertambangan, fakultas teknologi indutri, universitas muslim indonesia

SARI

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti untuk : Pengolahan Makanan (memasak), Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan (penghangat).

Bahan baku utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat.

Indonesia sebetulnya telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik karena minyak tanah masih tetap disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat masih lebih memilih minyak tanah untuk bahan bakar sehari – hari. Namun dengan kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 ini mau tidak mau masyarakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang murah.

Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah kurang dari persyaratan ideal. Jadi salah satu sumberenergi alternatif adalah batubara. Akhir-akhir ini harga bahan bakar  minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia.

Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin.

Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatifpengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untukdigunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun menengah.

Briket juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secarasederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan batubara cukup banyakdi Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan bakar lain.

TEORI SINGKAT

Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisatumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat prosesfisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadibatubara disebut dengan pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk daritumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yangberlangsung selama jutaan tahun.

Karena berasal dari material organik yaitu selulosa,batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagaiberikut:

5(C6H10O5) —> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO ………………… (2.1)C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami.

Konsentrasi unsur Cakan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut.Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbonmonoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap dicelah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.

Komponen-Komponen dalam Batubara

Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara.

A. Air

Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture),air yang terikat secara mekanik dengan   batubara dan mempunyai tekanan uap normaldimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan pembasahan selamapenambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in airdried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai tekananuap di bawah normal.

B. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen

Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk batubara.

Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur, jenis, dan sifatsifatbatubara.

C. Nitrogen

Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogendalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada ikatan karbon.

D. Sulfur

Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit sulfur,sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta sulfur organik.

E. Abu

Abu tang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineralyang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Mineral mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925ºC. Abu yang terbentukini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.

F. Kalor

Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium terikatsebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%. (Setiawan,2005)

Jenis Batubara

Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous,bituminous, dan anthrasite.

penggunaan Nyala (menit) Nilai kalori (kal/gr)
1 antrasit 5-10 7.222-7.778
2 Semi antrasit 9-10 5.100-7.237
3 Bituminous 10-15 4.444-6.111
4 Sub-bituminus 10-20 4.444-8.333
5 Lignit 15-20 3.056-4.611

Tabel 2.1 Jenis Batubara

(sumber: Sukandarrumidi, 1995)

Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya.

a. Sifat batubara jenis antrasit

Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi, kandungankarbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi.

b. Sifat batubara jenis semi antrasit

Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.

c. Sifat batubara jenis bituminus

Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan kandungan sulfur sedikit.

d. Sifat batubara jenis lignit

Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit,kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur juga tinggi.

PEMBAHASAN

Briket Batubara

Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengansedikit campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket Batubara mampumenggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah seperti untuk pengolahanmakanan, pengeringan, pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama briketbatubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyaicadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun.

Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalamwaktu singkat. Briket batubara dipilih oleh masyarakat sebagaibahan bakar alternatifkarena dilihat dari segi keunggulannya.

Adapun keunggulan briket batubara adalah:

a. lebih murah;

b. nilai kalor yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yanglama;

c. tidak beresiko meledak/terbakar;

d. tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga;

e. sumber batubara melimpah.

Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakanwaktu 5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagaipenyalaan awal, briket batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu diatas 2 jam.

Tabel 2.2 Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket (Nilai Ekonomi

No Penggunaan Minyak Tanah Briket penghematan
1 Rumah Tangga 3

Ltr/hari

Rp 9000/hari Rp.5400/hari Rp 3600
2 WarungMakan 10

Ltr/hari

Rp.30.000 Rp.18.000 Rp.3600
3 Industri Kecil  25

Ltr/hari

Rp.75.000 Rp.45.000 Rp.3.600
4 Industry Menengah

1000 Ltr/hari

Rp.2.000.000 Rp.1.502.450 Rp.3.600

(sumber ; pt. ba, bppt)

Tabel 2.3 Perbandingan antara Minyak Tanah dan Briket

No Parameter Minyak Tanah Briket
1 Nilai Kalori 9000 kkal/ltr 5.400 kkal/ltr
2 ekivalen 1 ltr 1,60 kg
3 Biaya Rp.2.800 Rp.1300

(sumber ; pt. ba, bppt)

Proses Pembuatan Briket Batubara

Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2, yaitu: jenis berkarbonisasi dan jenis non karbonisasi.

A. Karbonisasi (super)

Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadiBriket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada batubaratersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untukkeperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. Pembuatan briketbatubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super)

B. Non Karbonisasi (biasa)

Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi briketdan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalambriket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukankompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruhzat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan briket batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)

Produsen terbesar briket batubara di Indonesia saat ini adalah PT. TambangBatubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengankapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat beberpaperusahaan swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauhlebih kecil dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara kontinyu.

Kenaikan BBM khususnya minyak tanah dan solar, tentunya penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan lebihekonomis dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT. BA.masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan partisipasi sertakeikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaanbriket batubara disetiap daerah. (K.D Maison, 2006).

Tabel 2.4 Standart Bahan Baku Briket Batubara

no Jenisbahan baku Kadar Abu

(% berat)

Nilai kalor

(Kkl/kg)

Total

sulfur

(% Berat)

keterangan
1 Terkarbonisasi < 5 > 3500 < 1 Karbonisasi akan menaiikan nilai kalor dan abu
Tampa Karbonisasi < 10 > 5100 < 1 Penambahan binder akan menaiikan abu dan menurunkan nilai kalor



(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2006)

Tabel 2.5 Standart Kualitas Briket Batubara

No Jenis

Briket

Batubara

Air

lembab

(%)

Zat Terbang

(%)

Nilai

Kalori

(Kkal/kg)

Total

Sulfur

(%)

Beban pecah

(kg/cm2)

1 Briket batubara terkarbonisasi jenis batubara muda Maks 20 Maks 15 Min 4500 Maks 1 Min 60
2 Briket batubara terkarbonisasi jenis batubara bukan batubara muda Maks 7,5 Maks 15 Min 5400 Maks 1 Min 60
3 Briket batubara tanpa karbonisasi type telur Maks 12 Sesuai batubara asal Min 4400 Maks 1 Min 65
4. Briket batubara tanpa karbonisasi type sarang tawon Maks 12 Sesuai batubara asal Min 4400 Maks 1 Min 10
5. Briket Bio-batubara Maks 15 Sesuai dengan bahan baku asal Min 4400 Maks 1 Min 65

(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1998)

Spesifikasi briket batubara terkarbonisasi mengacu pada SNI 13-4931-1998.

Pemilihan Metode Proses

Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di Indonesia adalahperlunya karbonisasi dalam proses pembuatannya. Hal ini terutama karena batubarayang digunakan termasuk dalam peringkat (rank) rendah dengan kadar zat terbangrata-rata diatas 35%, sehingga dalam pembakarannya menimbulkan asap dan bau.

Sedangkan di Korea, Cina, dan Vietnam batubara yang digunakan untuk briketadalah dari jenis antrasit sehingga tidak perlu dilakukan proses karbonisasi karena kadar zat terbangnya rata-rata dibawah 15%.

Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan proses non karbonisasi. Briket batubara non karbonisasi memungkinkan untuk digunakan atau dibakar tanpa menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku batubara semi antrasit dan bahan pembantu seperti jerami, ampas tebu, serta molases.

Komposisi Briket Batubara

Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuranfisik, sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat.

A. Batubara

Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara, tergantungpada jenis batubara yang ada, misalnya: lignite, sub-bituminous, bituminous, semiantrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat dipengaruhi oleh kualitas batubara yang digunakan. Batubara yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi cenderung mengeluarkan asap hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang digunakan pada penelitian ini adalah batubara jenis semi antrasit.

B. Jerami

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan limbah ini biasanya padasaat musim kering dimana persediaan hijauan telah berkurang baik kualitas maupunkuantitasnya.

C. Ampas Tebu

Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%) dengan kadar protein kasar rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatn briket.

D. Tetes (Molasses)

Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat menghasilkan gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklatkehitaman yang dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahancampurannya.

Pemilihan perekat berdasarkan pada:

a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan semikokas;

b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;

c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006)

Bentuk-Bentuk Briket Batubara

Berikut ini gambar yang menunjukkan bentuk dari ketiga briket batubara.

Gambar 2.3 Bentuk Briket Batubara

Keterangan:

a. Bentuk seperti telur : sebesar telur ayam

b. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm

c. Bentuk silinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah

Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan,sedangkan bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industry kecil/menengah. (K.D Maison, 2006)

Tungku Briket Batubara

Penggunaan briket batubara harus dibarengi serta disiapkan kompor atau tungku, jenis dan ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnyatungku terdiri atas 2 jenis.

A. Tungku Portabel, umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah pindahkan.Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan.

B. Tungku Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis

ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.

Persyaratan tungku harus memiliki:

  1. ada ruang bakar untuk briket
  2. adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas denganmelewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
  3. ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.

Gambar 2.4 Tungku Briket

Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi pembakaranyang tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya. Tungkuuntuk industri ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-rata tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan untuk rumah tangga hanya 1-2 kg.

Jenis tungku yang sudah banyak di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar (tanah liat), selain murah juga sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan laju emisi. Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup untuk memperoleh suhu yang sesuai dengan kebutuhan oroduksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan blower. Kinerja (performance) dalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh faktor waktu, suhu, dan kualitas udara. Pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh jumlah briket batubara yang dibakar dan jenis tungku yang digunakan. (K.D Maison,2006)

Dampak Lingkungan Pembakar Briket

Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar seringterkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran,yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia.Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan

mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2dan lain-lain.

Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain partikel halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket batubara.

A. Jenis bahan baku (batubara)

Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,

B. Tungku

Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik.Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA

ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.

C. Ruangan (dapur) tempat memasak

Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantumenghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.

Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100 ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpula

Adapun kesimpulannya sebagai berikut:

  1. Hubungan komposisi briket terhadap waktu pembakaran yaitu waktu pembakaran optimum berada pada komposisi bahan No.3 dengan komposisi batubara sebanyak (75%), jerami (3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 226 menit untuk ukuran 40 mesh dan 150 menit untuk ukuran 60 mesh.
  2. Hubungan komposisi briket terhadap temperatur pembakaran yaitu temperature pembakaran optimum berada pada komposisi bahan No.3 dengan komposisi batubara sebanyak (75%), jerami (3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 300 0C untuk ukuran 40 mesh dan 230 0C untuk ukuran 60 mesh.
  3. Hubungan komposisi briket terhadap waktu nyala yaitu waktu nyala optimum berada pada komposisi bahan No.1 dengan komposisi batubara sebanyak (67%), jerami (5%), ampas tebu (5%), dan molasis (23%) yaitu sebesar 8 menit untuk ukuran 40 mesh dan 10 menit untuk ukuran 60 mesh.
  4. Hubungan komposisi briket terhadap kadar air yaitu kadar air optimum berada pada komposisi No.4 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (67%)jerami (3,3%), ampas tebu (5%), dan molasis (24,7%) yaitu sebesar 8,0047 % untuk ukuran 40 mesh dan 9,1701 % untuk ukuran 60 mesh.
  5. Hubungan komposisi briket terhadap kadar abu yaitu kadar abu optimum berada pada komposisi No.1 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (67%), jerami (5%), ampas tebu (5%), dan molasis (23%) yaitu sebesar 6,3476 % untuk ukuran 40 mesh dan 7,2612 % untuk ukuran 60 mesh.
  6. Hubungan komposisi briket terhadap nilai kalor yaitu nilai kalor optimum berada pada komposisi No.3 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (75%), jerami (3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 7908,2

DAFTAR PUSTAKA

K.D Maison, 2006, “Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah”,

Bandung, http://www.Indeni.org,

Nn, 2005, “Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam”, Jakarta,

http://www.Berita@Iptek.com

Nn, 2007, “Kementrian Negara Riset dan Teknologi”, Jakarta,

http://www.Kompas.com

Setiawan Bambang, 2005, “Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan

Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara”, Jakarta,

http://www.google.com.

Sipayung Maydin, 2005, “Industri Briket Batubara Nasional”, Bandung.

Sobroto, 2006, “Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas

Tebu, dan Jerami”, Surakarta.